Kamis, 18 April 2024

Washington DC di Hari Pelantikan Joe Biden, Kota Hantu yang Dijaga Militer

- Rabu, 20 Januari 2021 02:37 WIB
Washington DC di Hari Pelantikan Joe Biden, Kota Hantu yang Dijaga Militer

digtara.com – Pandemi COVID-19 dan kerusuhan US Capitol membuat suasana Washington menjelang hari pelantikan presiden Amerika baru tidak seriuh biasanya. Tidak ada perayaan-perayaan di pinggir jalan, tidak ada hiasan, tidak ada pelancong dari luar Washington untuk melihat presiden baru, Joe Biden, memulai masa pemerintahannya. Steril.

Baca Juga:

Pemandangan umum itu digantikan oleh kehadiran puluhan ribu personil Garda Nasional. Diseleksi langsung oleh FBI, mereka ditempatkan di berbagai sudut kota Washington dengan konsentrasi terbesar di US Capitol. Maklum, gedung yang dua pekan lalu rusuh diserbu pendukung Donald Trump tersebut akan menjadi lokasi pelantikan Joe Biden sebagai Presiden Amerika ke-46. Amerika tak ingin peristiwa kerusuhan US Capitol terulang.

“Washington seperti kota hantu, namun diisi oleh tentara. Membuat bergidik, terasa tidak natural,” ujar warga Washington, Dana O’ Connor, sembari menyisiri pagar-pagar beton yang ditaruh untuk menjaga properti pemerintah seperti Gedung Putih, Selasa, 19 Januari 2021.

Suasananya jelas kontras apabila dibandingkan dengan kondisi menjelang pelantikan mantan Presiden Barack Obama. Di masa pelantikan mantan kompatriot Joe Biden itu, suasananya lebih meriah. Rekor pengunjung pelantikan terbanyak saja masih dipegang olehnya, kurang lebih 1,8 juta orang. Hal itu belum menghitung kondisi di jalanan saat parade digelar.

Seleksi Ketat

Sekarang, untuk bisa hadir di hari pelantikan Joe Biden, harus diseleksi. Panitia penyelenggara tidak bisa mengizinkan siapapun masuk. Warga lebih disarankan untuk mengikuti pelantikan dari rumah masing-masing. Toh, kata panitia, tidak ada parade dan semua pesta digelar secara virtual. Tidak ada lagi acara nonton bareng di National Mall, yang sekarang ditutup, di mana semua pengunjung akan diberi sampanye gratis.

Di ring 1 lokasi pelantikan, jumlah tamu pun dipangkas banyak. Pada masa pelantikan Presiden Donald Trump, 200 ribu tiket undangan dibagikan untuk mengikuti pengucapan sumpah dari ring 1. Tahun ini, 1000 saja yang disediakan. Alhasil, dikutip dari BBC, kebanyakan tiket lebih banyak diberikan kepada keluarga pejabat.

Minusnya jumlah warga yang bisa mengikuti pelantikan jelas berdampak kepada pendapatan kota Washington. Umumnya, dari satu pelantikan, Washington bisa mencatatkan pendapatan hingga US$107 juta atau setara Rp1,5 triliun.

Secara penampilan, kompleks US Capitol juga jadi terlihat lebih sepi. Panitia penyelenggara sampai menghiasi kawasan National Mall dengan bendera-bendera Amerika kecil agar tetap terkesan festive. Namun, tetap suasananya berbeda apabila dibandingkan dengan kehadiran warga langsung.

hari pelantikan
Tampak jalan menuju gedung Capitol disterilkan. KSAT/digtara

“Ini tidak adil. Berani-beraninya mereka (penyerbu US Capitol) merebut kebahagiaan kami. Meski kami pun tak setuju dengan hasil Pilpres Amerika sebelumnya, kami tidak sampai mengancam nyawa orang,” ujar Amy Littleton, konsultan politik yang tinggal tak jauh dari lokasi pelantikan namun tidak bisa menghadirinya karena protokol yang berlaku.

Walikota Washington, Muriel Bowser, memahami kekecewaan warga Amerika. Kemenangan Joe Biden pada Pilpres Amerika November lalu dianggap banyak warga Amerika sebagai kemenangan besar, oleh karenanya patut dirayakan besar-besaran. Namun, kata Bowser, situasinya tidak memungkinkan dan dia tak punya pilihan selain mengutamakan keamanan.

Jika ada yang perlu disalahkan, Bowser menunjuk para pelaku kerusuhan US Capitol. Mereka lah yang membuat pelantikan tahun ini akan terasa lebih kalem. Ia berkata, pemerintah Amerika khawatir para pelaku yang belum tertangkap, atau mereka yang terinspirasi, kembali melakukan aksi serupa.

“Kami tidak ingin melihat pagar-pagar pembatas dan jelas kami tidak ingin melihat tentara berkeliaran di jalanan. Namun, tahun ini, kita harus mengambil sikap berbeda,” ujarnya Ahad kemarin.

Larry Sabato, Direktur Pusat Kajian Politik Universitas Virginia, menyamakan pelantikan Joe Biden tahun ini sebagai “kamp militer” atau “zona hijau”. Bagaimana tidak, di matanya lebih banyak tentara dibanding warga yang hadir untuk merayakan kemenangan Joe Biden.

“Dunia akan melihat Joe Biden disumpah di tengah kamp militer yang nyaris tak berbeda dengan Zona Hijau (Green Zone),” ujar Sabato yang telah mengunjungi semua pelantikan Presiden Amerika baru sejak periode Richard Nixon.

Lucunya, istilah Green Zone memang dipakai oleh Secret Service dalam melabeli kompleks pelantikan Joe Biden hari ini.

https://www.youtube.com/watch?v=weM1yh9Z4K8

Saksikan video-video terbaru lainnya hanya di Channel Youtube TVDigtara. Jangan lupa, like comment and Subscribe.

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
:
SHARE:
Tags
Berita Terkait
Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Tabrak Dump Truk, Mahasiswa Undana Kupang Meninggal di Tempat

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Daftar Harga Emas Pegadaian Rabu 20 September 2023, Antam dan UBS

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Kasat Lantas Polres Sikka Dilaporkan ke Propam, Ini Kasusnya

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Mengenaskan! Jadi Korban Tabrak Lari, Mahasiswi di Kupang Meninggal Dunia

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Dua Pelaku Pencurian dengan Kekerasan Diamankan Polres Sumba Timur

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Kejati NTT Tahan Lima Tersangka Kasus Korupsi Persemaian Modern di Labuan Bajo

Komentar
Berita Terbaru