China Sebut Vaksinnya Tidak Manjur, Kemenkes RI Angkat Bicara
digtara.com – Pejabat China yang berkompeten dalam penggunaan vaksin secara terbuka menyebut vaksin Corona yang diproduksi di negaranya tidak manjur. Pernyataan ini tentu bikin galau negara pengekspor dan pengguna vaksin dari negeri Panda tersebut.
Baca Juga:
Vaksin-vaksin yang antara lain dibuat oleh Sinovac dan Sinopharm disebut kurang manjur menangkal COVID-19.
“Sekarang kami dalam pertimbangan formal apakah kami harus menggunakan vaksin yang berbeda dari jalur teknis yang berbeda untuk proses imunisasi,” kata Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit China, Gao Fu, dikutip dari AP News.
Gao menyebut pembuatan vaksin di China masih dilakukan secara tradisional. Beda dengan vaksin mRNA, yaitu teknik eksperimental yang digunakan oleh pengembang vaksin Barat.
Memang berdasarkan penelitian di Brasil, tingkat efektivitas vaksin COVID-19 dari Sinovac, China dalam mencegah infeksi yaitu sebesar 50,4 persen. Sementara efektivitas vaksin Pfizer mencapai 97 persen.
Namun pengakuan pejabat China ini sontak bikin galau, tak terkecuali di Indonesia, salah satu negara yang sudah banyak menyuntikkan CoronaVac, vaksin buatan Sinovac.
Juru bicara vaksinasi Kementerian Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, dr Siti Nadia Tarmizi, memastikan vaksin yang saat ini digunakan sudah memenuhi persyaratan WHO.
“Dari uji klinis di Unpad pun angka pembentukan antibodi yang muncul selama uji klinis tahap 3 yakni 95-99 persen artinya sudah sangat baik,” jelasnya, Senin (12/4/2021).
Kombinasi Vaksin
Ide lain yang mencuat adalah mengkombinasikan atau mencampur penggunaan vaksin COVID-19 yang berbeda untuk meningkatkan efikasi. China juga tengah mempertimbangkan langkah ini.
Soal kemungkinan mengkombinasikan vaksin dari jenis yang berbeda, Kemenkes RI memilih untuk tidak buru-buru. Pertimbangan lebih lanjut akan diambil setelah ada publikasi resmi atas penelitian terkait.
“Tentang adanya rencana pemerintah china mencampur vaksinnya, kita tunggu saja karena ini kan masih harus melalui berbagai uji klinis untuk memastikan bahwa ide ataupun inovasi ini memiliki efektivitas,” kata dr Nadia.